Manusia dan Penderitaan - Ilmu Budaya Dasar
Derita berasal dari kata dhra yang berarti menanggung,
menahan atau dalam kata lain sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan.
penderitaan didapatkan oleh manusia dari kontak dengan dunia dan kehidupannya tersebut.(dari pengalaman sensoris)
Hakekat Penderitaan :
Dikotomis : tidak ada penderitaan bila tidak ada kebahagiaan dan juga tidak ada kebahagiaa tanpa didahului dengan penderitaan.
Universal : Bahwa setiap individu mengenal dan mengerti arti penderitaan. setiap orang bahkan makhluk hidup pasti pernah merasakan penderitaan. berat ringannya dipersepsi secara individual.
Kontradiktif :
Jasmani-Rohani
- Penderitaan seseorang-untuk kebahagiaan orang lain
- Penderitaan dunia - kebahagiaan di akherat
Sumber Penderitaan :
1. Dari Tuhan sang pencipta -> Takdir dan alam semesta
2. Dari lingkungan manusa
a. masyarakat -> perang
b. pribadi -> pencurian
c. ciptaan manusia -> pengeboran minyak bencana
macam penderitaan :
1. fisik -> bencana alam, kesehatan, dll
2. mental -> kecea, tertekan
menghilangkan penderitaan :
1. antisipasi
2. mencairkan makna -> diterima sebagai suatu hiikmah
3. menolak kenyataan
penderitaan didapatkan oleh manusia dari kontak dengan dunia dan kehidupannya tersebut.(dari pengalaman sensoris)
Hakekat Penderitaan :
Dikotomis : tidak ada penderitaan bila tidak ada kebahagiaan dan juga tidak ada kebahagiaa tanpa didahului dengan penderitaan.
Universal : Bahwa setiap individu mengenal dan mengerti arti penderitaan. setiap orang bahkan makhluk hidup pasti pernah merasakan penderitaan. berat ringannya dipersepsi secara individual.
Kontradiktif :
Jasmani-Rohani
- Penderitaan seseorang-untuk kebahagiaan orang lain
- Penderitaan dunia - kebahagiaan di akherat
Sumber Penderitaan :
1. Dari Tuhan sang pencipta -> Takdir dan alam semesta
2. Dari lingkungan manusa
a. masyarakat -> perang
b. pribadi -> pencurian
c. ciptaan manusia -> pengeboran minyak bencana
macam penderitaan :
1. fisik -> bencana alam, kesehatan, dll
2. mental -> kecea, tertekan
menghilangkan penderitaan :
1. antisipasi
2. mencairkan makna -> diterima sebagai suatu hiikmah
3. menolak kenyataan
Penderitaan dan Kasihan
Kembali kepada masalah penderitaan, muncul Nietzsche yang
memberontak terhadap pernyataan yang berbunyi: “Dalam menghadapi penderitaan
itu, manusia merasa kasihan”. Menurut Nietzche, pernyataan ini tidak benar,
penderiutaan itu adalah suatu kekurangan vitalitas. Selanjutnya ia berkata,
“sesuatu yang vital dan kuat tidak menderita, oleh karenanya ia dapat hidup
terus dan ikut mengembangkan kehidupan semesta alam. Orang kasihan adalah yang
hilang vitaliatasnya, rapuh, busuk dan runtuh. Kasihan itu merugikan
perkembangan hidup”. Sehingga dikatakannya bahwa kasihan adalah pengultusan
penderitaan. Pernyataan Nietzsche ini ada kaitannya dengan latar belakang
kehidupannya yang penuh penderitaan. Ia mencoba memberontak terhadap
penderitaan sebagai realitas dunia, ia tidak menerima kenyataan. Seolah-olah ia
berkata, penderitaan jangan masuk ke dalam hidup dunia. Oleh karena itu,
kasihan yang tertuju kepada manusia harus ditolak, katanya.
Pandangan Nietzsche tidak dapat disetujui karena:
pertama, di mana letak humanisnya dan aliran existensialisme. Kedua, bahwa
penderitaan itu ada dalam hidup manusia dan dapat diatasi dengan sikap kasihan.
Ketiga, tidak mungkin orang yang membantu penderita, menyingkir dan senang bila
melihat orang yang menderita. Bila demikian, maka itu yang disebut sikap
sadisme. Sikap yang wajar adalah menaruh kasihan terhadap sesama manusia dengan
menolak penderitaan, yakni dengan berusaha sekuat tenaga untuk meringankan
penderitaan, dan bila mungkin menghilangkannya
Penderitaan dan Noda Dosa pada Hati Manusia.
Penderitaan juga dapat timbul akibat noda dosa pada hati
manusia (Al-Ghazali, abad ke 11). Menurut Al-Ghazali dalam kitabnya Ihyaa’
Ulumudin, orang yang suka iri hati, hasad, dengki akan menderita hukuman
lahir-batin, akan merasa tidak puas dan tidak kenal berterima kasih. Padahal
dunia tidak berkekurangan untuk orang-orang di segala zaman. Allah SWT telah
memberi ilmu dan kekayaan atau kekuasaan-Nya, karena itu penderitaan-penderitaan
lahir ataupun batin akan selalu menimpa orang-orang yang mempunyai sifat iri
hati, hasad, dengki selama hidupnya sampai akhir kelak.
Untuk mengobati hati yang menderita ini, sebelumnya perlu
diketahui tanda- tanda hati yang sedang gelisah (hati yang sakit). Perlu
diketahui bahwa setiap anggota badan diciptakan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Apabila hati sakit maka ia tidak dapat melakukan pekerjaan dengan
sempurna ia kacau dan gelisah. Ciri hati yang tidak dapat melakukan pekerjaan ialah
apabila ia tidak dapat berilmu, berhikmah, bermakrifat, mencintai Allah dengan
menyembah-Nya, merasa erat dan nikmat mengingat-Nya.
Sehubungan dengan pernyataan ciri-ciri yang menderita,
Allah berfirman: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia selain hanya untuk
menyembah kepada-Ku”. (QS. 51: 56). “Barangsiapa merasa mengerti sesuatu,
tetapi tidak mengenal Allah, sesungguhnya orang tersebut tidak mengerti
apa-apa. Barangsiapa mempunyai sesuatu yang dicintainya lebih daripada mencintai
Allah, maka sesungguhnya hatinya sakit. “katakanlah, hai Muhammad, apabila
orang tuamu, anakmu, saudaramu, istrimu, handai tolanmu, harta bendamu yang
engkau tumpuk dalam simpanan serta barang dagangan yang yang engkau khawatirkan
ruginya dan rumah tempat tinggal yang kamu senangi itu lebih kamu cinta
daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjuang di jalan Allah, maka tunggulah
sampai perintah Allah datang”. (QS. 9: 24).
Hal lain yang menimbulkan derita terhadap seseorang adalah merasakan suatu keinginan atau dorongan yang tidak dapat diterima atau menimbulkan keresahan, gelisah, atau derita. Maka ia pun berusaha menjauhkan diri dari lingkup kesadaran atau perasaannya. Akhirnya, keinginan atau dorongan itu tertahan dalam alam bawah sadar. Namun, sering orang itu mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara tidak sadar atau dengan ucapan yang keliru. Atau, apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?
Hal lain yang menimbulkan derita terhadap seseorang adalah merasakan suatu keinginan atau dorongan yang tidak dapat diterima atau menimbulkan keresahan, gelisah, atau derita. Maka ia pun berusaha menjauhkan diri dari lingkup kesadaran atau perasaannya. Akhirnya, keinginan atau dorongan itu tertahan dalam alam bawah sadar. Namun, sering orang itu mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara tidak sadar atau dengan ucapan yang keliru. Atau, apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?
“Dan kalau Kami mengkhendaki, niscaya Kami tunjukkan
mereka kepadamu, sehingga kamu dapat benar-benar mengenal mereka dengan
tanda-tandanya, tetapi kamu mengenal mereka dari bicara mereka, dan Allah
mengetahui perbuatan-perbuatan kamu”. (QS. 47: 29-30).
Demikianlah Al-Quran telah mengisyaratkan tentang adanya ciri-ciri orang yang tidak sadar (menderita) lewat kata-kata yang keliru, sejak 14 abat yang lalu sebelum dikemukakan oleh Freud, penemu teori psikoanalisis. Bahkan sebuah hadist mengatakan:
Demikianlah Al-Quran telah mengisyaratkan tentang adanya ciri-ciri orang yang tidak sadar (menderita) lewat kata-kata yang keliru, sejak 14 abat yang lalu sebelum dikemukakan oleh Freud, penemu teori psikoanalisis. Bahkan sebuah hadist mengatakan:
“Tak seorang pun yang menyembunyikan suatu rahasia
kecuali jika Allah akan memberinya penutup. Apabila penutup itu baik, maka
rahasia itu baik, dan apabila penutup itu buruk maka buruk pula rahasia itu”.
(Tafsir Ibn Katsir, Vol. 4 hal. 180).
Obat supaya hati sehat di firmankan Allah sebagai
berikut: “Kecuali orang yang datang ke hadirat Allah SWT dengan hati yang
suci”. (QS. 26: 89 ). Jadi, mengenal atau makrifat kepada Allah yang membawa
semangat taat kepada Allah SWT dengan cara menentang hawa nafsu, merupakan obat
untuk menyembuhkan penyakit dalam hati (menderita gelisah) (Al-Ghazali, abad
ke-11).
Manusia dan Penderitaan
Penderitaan sepertinya tidak pernah berhenti menghampiri
Indonesia. Berbagai peristiwa menghampiri dan membuat banyak orang harus
menderita, harus menangis karena ditingalkan orang-orang yang dikasihi,
kedinginan karena rumahnya terhempas badai tsunami, kepanasan karena tidak
memiliki rumah untuk berteduh sudah ambruk terkena gempa, sehingga penderitaan
yang panjang harus dialami dan dirasakan. Sepertinya penderitaan tidak pernah bosan
menjumpai manusia. Ia akan ada dan terus hadir dalam kehidupan manusia.
Sebagian kita ketika mendengar kata “Penderitaan” mungkin
merasa sangat ketakutan, atau mungkin ada orang yang sudah bosan dengan
penderitaan itu. Bagi orang yang ketakutan, jangan sampai penderitaan itu
sampai kepadanya untuk memikirkannya saja ia takut, apalagi penderitaan itu
harus menghampiri dirinya. Oleh sebab itu ia harus melakukan dengan berbagai
cara agar dirinya tidak menjumpai penderitaan itu. Sedangkan orang yang sudah menganggap
dirinya sering dijumpai penderitaan akhirnya hanya pasrah menerimanya, karena
tidak memiliki kuasa apapun dalam dirinya. Penderitaan mengaturnya menjadi
pribadi yang pasrah, tanpa sikap yang jelas.
Manusia sering mengalami kedua hal ini. Takut dengan
penderitaan tetapi sering dia harus menerima penderitaan ini tanpa kekuatan.
Manusia tidak dapat dan tidak mampu mengatur dirinya dengan pasti. Semua
manusia memiliki keterbatasan berpikir, ketidak-sempurnaan diri,
ketdak-berdayaan kekuatan, dll. Dalam keadaan ini, Pemazmur mau mengingatkan
kita, bahwa semua yang dialami manusia sekarang, Pemazmur juga mengalaminya,
bahwa semua ini terjadi karena keberdosaan sehingga Allah jauh daripadanya.
Pemazmur ingin bertobat kepada Allah, karena pelanggaran dan perbuatannya yang
jauh dari pada Tuhan. Keberdosaannya digambarkan Pemazmur dengan keadaan
fisiknya yang lemah (ayat 4-11), dimusuhi oleh teman-temannya (ayat 20-21).
Tetapi di tengah kepedihan dan penderitaan Pemazmur katakan: “Sebab kepadaMu,
ya Tuhan aku berharap” (ayat 16). Hanya Tuhan satu-satunya jawaban dari
penderitaan Pemazmur, Tuhan yang menolong dia.
Mungkin pada saat ini kita juga dalam penderitaan, yang
kita sendiri tidak dapat lari dan melepaskan diri. Pemazmur ingatkan, bahwa
Allah tetap menjadi harapan, penolong kita. Dialah Allah yang menyelamatkan
kita dari dosa-dosa kita. Ketika banyak jalan ditawarkan dunia ini, hanya Allah
yang menawarkan pengharapan dan keselamatan. Jangan salah langkah untuk
memutuskan perkara kehidupan kita. Hanya Allah yang membantu, mengangkat,
memulihkan hubungan yang rusak, memberikan sukacita dan damai sejahtera,
sehingga seluruh keberadaan kita dapat mengatakan “Sebab kepadaMu ya Tuhan aku
berharap“.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar